Ingat, Hari Ibu Tak Sama dengan Mother’s Day

Ingat, Hari Ibu Tak Sama dengan Mother’s Day

Tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu. Peringatan ini kerap disalahartikan sebagai bentuk terima kasih kepada ibu yang telah melahirkan dan mengurus rumah tangga. Namun, ternyata, hari ibu yang diperingati oleh bangsa Indonesia bukan demikian maksudnya. Hari Ibu dirayakan banyak orang sebagai momen menumpahkan cinta kepada ibundanya. Laman media sosial Anda akan penuh kata-kata indah yang bersanding dengan foto ibu si pemilik akun. Mereka mengucapkan terima kasih serta harapan baik atas pengorbanan yang dilakukan ibundanya. Namun, Hari Ibu tidak bisa dimaknai secara tunggal. Lebih dari sekadar orkestra terima kasih terhadap peran ibu, Hari Ibu di Indonesia dirayakan di atas semangat gerakan perempuan yang berjuang meraih kesetaraan. Tidak hanya di Indonesia, hampir setiap negara dengan masing-masing kebudayaan memiliki hari ibu sebagai salah satu momen spesialnya. Mengutip laman History, peringatan Hari Ibu digagas oleh Anne Jarvis pada tahun 1905 sebagai bentuk penghormatan terhadap ibunya, Ann Reeves Jarvis, yang meninggal. Pada tahun-tahun sebelum Perang Saudara, Ann Reeves Jarvis dari West Virginia membuat klub kerja Hari Ibu yang di mana para perempuan setempat diajarkan bagaiamana cara merawat anak dengan benar.

Klub-klub ini kemudian menjadi kekuatan pemersatu di wilayah negara yang masih terbelah akibat Perang Saudara. Pada tahun 1868 Jarvis menyelenggarakan \"Hari Persahabatan Ibu\", di mana para ibu berkumpul dengan mantan tentara Union dan Konfederasi untuk mempromosikan rekonsiliasi.
Meski begitu Hari Ibu sendiri diresmikan pada tahun 1900-an berkat usaha yang dilakukan oleh Anna Jarvis, putri dari Ann Reeves Jarvis. Setelah kematian ibunya pada tahun 1905 , Anna Jarvis menetapkan Hari Ibu sebagai cara untuk menghormati pengorbanan yang telah dilakukan ibu untuk anak-anak mereka.
Setelah memperoleh dukungan finansial dari John Wanamaker, selaku pemilik toko serba ada di Philadelphia, Anna langsung menyelenggarakan perayaan Hari Ibu pertama di sebuah Gereja Methodis di Grafton, West Virginia pada bulan Mei 1908. Menyusul keberhasilan Hari Ibu pertamanya, Jarvis memutuskan untuk menambahkan hari libur pada Hari Ibu.
Setelah menjadi tradisi besar di Inggris dan sebagian Eropa, perayaan Hari Ibu menjadi lebih terkenal lagi dibeberapa bagian negara. Seiring berjalannya waktu, Hari Ibu ditetapkan sebagai hari di mana anak memberikan apresiasi pada ibunya dengan menggunakan bunga maupun beragam jenis hadiah lainnya.
Pada tahun 1912, banyak negara-negara bagian lainnya yang ikut menetapkan Hari Ibu sebagai hari libur tahunan, serta Jarvis telah mendirikan Mother\'s Day International Association untuk membantu mempromosikan kerja kerasanya tersebut.
Ketekunan dari usaha Jarvis terbayarkan pada tahun 1914, di mana Presiden Woodrow Wilson menandatangani sebuah peraturan yang secara resmi menetapkan bahwa hari Minggu di pekan kedua bulan Mei adalah Hari Ibu. Pelopor lain untuk Hari Ibu datang dari aktivis perdamaian Julia Ward Howe. Kisah Hari Ibu modern ini dimulai pada gerakan damai dan sebagai hari mengenali aksi sosial perempuan. Dilansir dari Legacy Project, Di Amerika Serikat, Howe menyarankan peringatan Hari Ibu pada tahun 1872. Dia melihat konteks Hari Ibu harus didedikasikan untuk perdamaian.
Saat di zamannya, Howe merasa sangat tertekan melihat Eropa terjun dalam perang Franco-Prusia, setelah generasinya menderita dalam perang saudara AS. Howe terus-menerus bekerja agar ‘Hari Ibu untuk Damai’ diakui. Ketika dirinya menyuarakan gagasan tentang Hari Ibu, tidak ada orang yang tertarik dengan gagasannya. Meski versi hari ibu menurut Howe tidak benar-benar diakui, Howe tetap memimpin cabang Asosiasi Perdamaian Perempuan Amerika.
Sementara itu, konteks Hari Ibu di luar negeri berbeda dengan Indonesia. Penetapan Hari Ibu pada 22 Desember bersamaan dengan Kongres Perempuan yang pertama dibuka pada 22 Desember 1928 di Yogyakarta. Acara tersebut menjadi tonggak gerakan perempuan di Indonesia.
Hari Ibu di Indonesia baru diresmikan pada 22 Desember 1953 dalam peringatan kongres ke-25. Presiden Sukarno menetapkan setiap tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu Dekrit Presiden RI No.316 Tahun 1953.
Untuk kaum perempuan di seluruh Indonesia, selamat Hari Ibu.
Lalu, kenapa kita harus merayakan Hari Ibu?
Tradisi peringatan Hari Ibu sudah berlangsung sejak era Yunani dan Romawi kuno. Peradaban lampau mengenal Hari Ibu sebagai bentuk penghormatan terhadap kesucian sosok ibu. Orang-orang Yunani dan Romawi kuno memiliki festival untuk menghormati Dewi Rhea dan Cybel.
Penghormatan serupa berlanjut di abad pertengahan hingga era kontemporer. Umat Kristiani memiliki festival “Mothering Sunday” untuk menghormati peran ibu. Namun perayaan peran ibu lewat seremoni di hari tertentu baru benar-benar dimulai pada tahun 1900-an.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: